Ketika membaca artikel tentang #KidsToday project dari Rinso
di The Urban Mama saya tercengang melihat video-videonya. Benar-benar membuat
saya terharu sekaligus bahagia. Melihat wajah-wajah polos yang tertawa lepas
menikmati petualangan-petualangannya.
Bermain bagi anak-anak memang bukan hanya sekedar membuat
kotor, membuat kekacauan atau hanya sekedar tertawa. Namun bermain bagi mereka
merupakan petualangan, melihat dunia baru dari sudut pandang mereka, belajar
menaklukkan sesuatu tanpa perlu merisaukan resikonya, dan bermain merupakan sarana
bagi mereka mengenal kata sabar dan pantang menyerah. Bermain adalah cara
mereka membekali diri menghadapi tantangan masa depan. Karena itulah saya
selalu terharu sekaligus bahagia melihat wajah-wajah anak ketika bermain.
Seolah saya tersedot ke dunia mereka yang tidak mengenal kata lelah, sakit,
apalagi memikirkan resiko dan akibat.
Sebagai seorang ibu dari dua balita kembar, saya selalu
menikmati saat-saat dimana saya terlibat permainan seru dengan mereka. Mulai
dari bermain masak-masakan, bermain ayunan, hingga bermain tanah,
berkotor-kotoran dan bermain hujan-hujan, bahkan bermain flying fox saya
lakukan bersama mereka. Mungkin bagi sebagian orang saya terlihat masih terlalu
kekanak-kanakan. Mungkin sebagian orang
akan berkomentar masa kecil saya kurang bahagia. Atau bahkan bagi sebagian
orang saya tidak ingat usia. Namun saat seperti itulah saya bebas berekspresi
dan memerdekakan pikiran saya.
Dulu, ketika saya masih kecil, saya bebas bermain dimana
saja tanpa takut banyak bahaya mengintai. Karena saya tumbuh dilingkungan
pedesaan yang masih asri, bermain lumpur di sawah merupakan hal yang aman dan
menyenangkan. Berlarian di tanah lapang adalah kebebasan yang tak terbeli. Saya
bisa memetik bunga dengan warna apa saja, bermain daun dengan bentuk yang
beraneka ragam untuk masak-masakan merupakan hal yang sangat mudah saya jumpai
ketika kecil. Bahkan saya bisa bermain lompat tali di depan rumah tanpa
khawatir banyak kendaraan lalu lalang, karena rumah yang masih memiliki halaman
yang luas.
Namun kini, Semua hal
itu merupakan hal yang mahal bagi masa kecil Kira dan Kara. Kami beruntung
masih memiliki rumah yang ditumbuhi bunga beraneka warna. Meskipun tak sebanyak
jenisnya di masa kecil saya, setidaknya masih memungkinkan bagi kira dan kara bereksplorasi
dengan tanaman, mengenal warna bunga, tekstur daun, dan berkreasi dengan tanah
dan air. Kami juga masih beruntung tinggal di perumahan yang memiliki tanah
lapang, meskipun tak seluas dimasa kecil saya dulu. Namun dengan adanya sedikit
tanah lapang yang ada kami masih bisa berlarian dan bermain laying-layang tanpa
khawatir membahayakan pengendara yang lewat.
Dan kami juga beruntung tinggal di Surabaya yang memiliki banyak taman
kota. Taman-taman kota itulah yang menebus rasa berasalah kami yang tak mampu
menyediakan fasilitas bermain yang asri dan aman, juga tak bisa menemani mereka
bermain setiap waktu demi tuntutan ekonomi. Kami beruntung memiliki taman kota
yang dapat dijangkau dengan 15 menit berkendara dari rumah. Meskipun hanya
setiap akhir pekan saja kami sempat bermain di taman kota, namun inilah tempat
bermain yang menyenangkan bagi kami dan anak-anak kami.
Kami memang masih beruntung. Namun diluar sana banyak
anak-anak yang tergerus hak-haknya untuk bermain dengan beribu alasan yang
dibuat orang dewasa. Mulai dari banyaknya tugas sekolah, bermain itu
membahayakan, bermain itu kotor, bermain itu tidak ada gunanya, hingga tidak
tersedianya tempat untuk anak-anak bebas berekspresi. Gadget menjadi sarana
yang digunakan orang tua untuk menghibur anak-anak mereka. Simple, canggih,
tidak memakan banyak tempat, tidak membuat berantakan, anak dapat duduk diam
dan tenang, dan tentu saja semua jenis permainan bisa di download dari satu
macam benda ini saja. Namun benarkah itu yang dibutuhkan anak-anak kita?!
Pernahkah kita bertanya pada anak-anak kita, lebih suka bermain dengan gadget
tercanggih versi terbaru atau bermain dengan papa mama?! Karena saya pernah
bertanya pada Kira dan Kara, dan mereka menjawab, “aku lebih suka bermain
dengan bunda…” Dan jawaban itu cukup “manampar” saya, bahwa bermain ternyata bukan hal yang mahal.
Kira Kara lucuuu..
ReplyDeleteIya Wit, sama, si kecil Sabil juga senenggg banget 'mainin' gw sama ayahnya. Diajak lompat2, role play, ditiban-tiban, hihihi..pokoknya seru banget deh. Pokoknya main itu nggak mahal...namun efeknya bagi kebahagiaan serta kecerdasan anak luar biasa banget lho..
aaawww.. terima kasih zataa... haha.. iyaa.. mereka kalo "ngerjain" gak tanggung-tanggung ya.. tapi seru juga.. heuheu...
Delete