Oct 3, 2013

Aku Belajar Bersama Kalian

Weekend kemarin saya mendapat cerita yang lumayan mengejutkan. Cerita itu bermula ketika saya datang ke sebuah salon langganan untuk potong rambut. Ada satu karyawannya yang sudah biasa melayani saya, dan kita pun juga sudah akrab. Ketika selesai dikeramas dan masih menunggu giliran untuk potong, tiba-tiba Kira dan Kara menghampiri saya. Kebetulan memang saya mengajak Kira dan Kara untuk proses perkenalan ke salon. Selama ini saya selalu gagal meminta Kara potong rambut di salon, karena dia terbiasa saya potong sendiri. Jadi sekalian saya ingin menunjukkan ke Kara kalau salon bukan tempat yang menakutkan.
Ketika Kira & Kara masuk itulah, si mbak terkejut melihat anak kembar. Lalu dia lanjut bercerita kalau sebenarnya dia pun kembar, tapi sudah lama tidak bertegur sapa dengan saudara kembarannya. Dia berdalih selalu tidak ada kecocokan, sering bertengkar, saudaranya yang bla...bla...bla...  Hati saya pun tercekat. Entah mengapa, cerita ini bukan satu-satunya yang pernah saya dengar. Saya pun juga pernah bertemu dengan seorang ibu bersama 2 putri kembarnya ketika di masjid. Si ibu pun mengeluh kalau anak kembarnya tidak pernah akur, selalu saja bertengkar.

Saya sendiri membayangkan bila melihat dua putri kembar saya bertengkar, hati saya pun tersayat. Suami saya pernah berkata kepada saya, kesedihan orang tua yang paling mendalam itu ketika melihat anak-anaknya bertengkar. Saya tidak ingin jika Kira dan Kara tidak bisa akur, bahkan sampai dewasa. Saya tidak ingin anak-anak saya hidup tanpa saling bertegur sapa dan terputus tali silaturahminya. Disaat saya tertatih-tatih belajar masa tumbuh kembang anak di usia emasnya, saya dikejutkan oleh cerita-cerita yang membuat hati saya teriris.
Saya memang bukan seorang psikolog. Saya pun baru 3 tahun lebih beberapa bulan menjadi seorang ibu. Semua pengetahuan yang pernah saya baca, saya dengar, dan saya pelajari masih sangat jauh dari memadai untuk menjadi seorang ibu yang bijaksana. Jalan saya untuk "berpetualang" bersama Kira dan Kara masih sangat panjang. Masih teramat sangat banyak yang harus saya pelajari agar saya mampu membawa mereka menjadi pribadi yang cerdas,  mandiri dan penuh kasih.
Saya menyadari kalau Kira dan Kara adalah dua pribadi yang amat sangat berbeda meskipun mereka terlahir kembar. Kira adalah anak yang ekspresif, terbuka, dan berkepribadian lembut. Sedangkan Kara adalah anak yang tangguh, kuat dan tertutup.  Dua sifat yang berlainan inilah yang sebenarnya adalah sifat yang saling melengkapi.  Tak layak bagi saya untuk membanding-bandingkan diantara mereka, yang membuat mereka menjadi saling berebut perhatian.  Betapa kebahagiaan saya tak terhingga ketika melihat mereka dapat kompak bermain, meskipun tak jarang selalu diselingi perbedaan pendapat.  Namun bukankah perbedaan pendapat memang sesuatu yang wajar diantara dua pribadi yang berbeda?! Perbedaan pendapat bukanlah suatu hal yang dapat dijadikan alasan untuk memulai perselisihan.
Saya sendiri adalah pribadi yang keras kepala, tertutup dan tidak mudah menyerah. Bersama Kira dan Kara saya belajar untuk selalu bersepakat, bernegosiasi, menghargai perbedaan dan saling memaafkan. Berkat Kira dan Kara lah saya banyak belajar tentang indahnya saling melengkapi. Dari Kira dan Kara pula saya belajar untuk menggunakan kedua telinga saya untuk lebih banyak mendengarkan, kedua mata saya untuk melihat dengan teliti, menggunakan kedua tangan saya untuk lebih banyak membantu, menggunakan kedua kaki saya untuk melangkah lebih jauh lagi, dan menggunakan hati saya untuk belajar meredam gejolak emosi saya yang mudah sekali meledak.

Dulu seorang teman pernah berkata kepada saya kalau ibu dari anak kembar adalah seorang ibu pilihan. Karena hanya 2% ibu yang diberi anugerah anak kembar. Dari dari 2% itu tidak semua dapat terlahir normal dan tumbuh besar bersama, mengingat resiko mengandung anak kembar sangat besar sekali. Saya sering mengingat kata-kata itu ketika saya mulai lelah melihat Kira dan Kara bertengkar berebut mainan. Saya tahu saya tak pantas untuk menyerah. Saya seharusnya mampu berjalan lebih jauh lagi untuk belajar bersama-sama bersama Kira dan Kara tentang arti berbagi, bergiliran dan menghargai hak orang lain.
Semoga apa yang saya tabur hari ini bersama Kira dan Kara akan menuai momen-momen penuh keindahan bersama. Saya tidak ingin berhenti belajar dan melangkah. Karena saya ingin melihat Kira dan Kara terus saling bergandengan tangan untuk saling menguatkan dan selalu berbagi kasih.

No comments:

Post a Comment